Minggu, 25 Agustus 2013

#5th Note

SEPENGGAL MASA LALU #1

Perisai..?
Biarkan aku bercerita.
Tentang sebuah kisah nyata.
Dahulu, seperti yang banyak diketahui orang lain, aku merupakan dua kesatuan.
****a, dan Angel.
****a, adalah sosok yang di hatinya penuh goresan, di matanya penuh kesenduan, dan di balik tindakannya penuh alasan.
****a, adalah sosok yang paling banyak tersakiti, padahal tiada siapa pun yang hadir untuk menolongnya, ia juga harus bangkit sendiri tatkala terjatuh pada dalamnya lubang.
****a, adalah sosok yang belajar dari semua pengalaman, terpaksa berpikir dewasa sebelum waktunya, dan mau tak mau untuk menutupi sejarah yang telah ada, ia menciptakan Angel.
Angel, adalah sosok yang selalu tersenyum palsu, memaksakan tawa, pula melakukan hal kelewat baik.
Angel, adalah sosok yang paling mahir memalsukan diri, seolah tak terjadi apa pun, ialah aktris terbaik yang pernah ada.
Angel, adalah sosok yang kekanak-kanakan, sungguh bertolak belakang dengan ****a, ia melengkapinya dengan keceriaan yang dibuat-buat.
Singkat cerita, Angel adalah topeng yang dibuat ****a dengan segala kepura-puraannya.
Namun beberapa waktu lalu, ****a mengusir Angel untuk keluar dari-"ku".
****a yang menciptakan, tapi ia pula yang memusnahkan.
Kenapa?
Karena kemudian aku sadar, aku akan terus terluka selama Angel ada dalam diriku.
Ia terlalu baik kepada orang lain.
Kelewat baik, malah.
Ia terlalu tidak egois kepada orang lain.
Kelewat tidak egois, malah.
Tapi, seperti biasa, ****a yang menjalani semuanya sendirian menuturkan suatu hal, yang kemudian menyadarkanku dengan penderitaan yang ia rasakan.
Semua hal yang "terlalu" itu buruk.
Walau itu perkara yang baik sekalipun.
Ia memang baik kepada orang lain, tapi apakah ia baik kepada dirinya sendiri?
Ia memang tidak egois kepada orang lain, tapi apakah ia tidak egois kepada dirinya sendiri?
Jawabannya jelas; tidak...
Lalu kubuka lembar baru, meninggalkan halaman-halaman lusuh yang tertoreh di belakang.
Menjalani raga ini dengan satu kesatuan.
****a.
****a yang lain.
Yang berusaha menjadikan keceriaan sebagai bagian dari dirinya.
Bukan kebohongannya.
Tidak mudah, memang.
Namun tetap akan kujalani.
Karena inilah yang terbaik :)

Salamku,
Rembulan.

Sabtu, 17 Agustus 2013

#4thNote

KENYATAAN

Aku bingung.
Kadang kala, aku merasa bahwa kebahagiaanmu sudah cukup bagiku.
Tapi mengapa aku masih saja haus akan kebahagiaan?
Alam bawah sadar dan hatiku berdebat.
Kemudian setelah lama diam, otak memutuskan menengahi, menjawab bijak.
"Kebahagiaannya, memang kebahagiaanmu juga.
Namun perlu kau ketahui, itu bukan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Sebab hadirnya penuh oleh kesemuan.
Serta dibersamai oleh ratusan pedang tajam tak tergambarkan yang terus menikam.."
Kini aku membisu.
Terpaku oleh kenyataan.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Kembali kukatakan, kebahagiaanku dan kebahagiaanmu, adalah dua hal yang berbeda.
Walau begitu, aku tak perlu dicemaskan.
Teruslah berbahagia :)

Salam sayangku,
Rembulan..

#ITellYouTheTruth #1

"That's no smile. That's a mask of pain."

–Mushu (Mulan II)

#3rd Note

KEBAHAGIAAN

Akhir-akhir ini, sering kurasakan sakit di ulu hatiku..
Entah mengapa.
Datang begitu saja, dan pergi secara perlahan.
Mendadak menyerangku brutal di setiap harinya.
Menggertak, lalu pergi.
Menggertak, lalu pergi.
Seperti itu pola kehadirannya.
Dan tidak sedikit dari kekuatanku yang tergerogoti setiap kedatangannya yang teramat tiba-tiba.
Bahkan tanpa pemicu apa pun.
Tapi sering kali terjadi tatkala aku merasa kesepian.
Oleh karena itu kuberusaha hindari waktu luang.
Namun perih itu selalu menemukan celah di antara dinding-dinding kokoh pertahanan diri.
Menyerbu serentak buatku lemah tak berbilang.
Hari ini, ia kembali menyapa.
Ketegaranku terkuras.
Dengan segenap tenaga, aku mengajak sakit itu berdamai.
Betanya baik-baik kepada diri sendiri.
Rupanya, ribuan pisau menukik itu dari alam bawah sadar asalnya.
Kemudian mata ini kupejamkan.
Aku berusaha jujur dengan diri ini, juga mengenalinya lebih dalam.
Dan kutemukan jawabannya.
Cukup sederhana.
Alam bawah sadarku sedang lelah.
Lelah atas segala kepura-puraanku dalam menghadapi apa yang terjadi seolah semuanya baik-baik saja.
Ia juga haus.
Haus akan apa pun yang membuatku rasakan kebahagiaan sesungguhnya.
Alam bawah sadarku memang begitu mengenalku.
Ia selalu sabar mengingatkanku untuk berterus terang padanya, dan kemudian beristirahat sejenak dari bisingnya kehidupan.
Tapi dalam hal ini, hatiku tak sepakat.
Baginya, kebahagiaanmu jauh lebih penting.
Maka dengarlah, Perisai.
Dengarlah..
Aku ingin aku bahagia.
Namun aku tak cukup egois untuk melakukannya.
Sebab keinginanku akan kebahagiaanmu juga tak terbendung besarnya.
Jadi apa yang harus kulakukan?
Karena kebahagiaanku dan kebahagiaanmu, adalah dua hal yang berbeda.
Dan tidak akan pernah menyatu..
Menurutmu, manakah yang lebih penting?
Apakah kebahagiaanku?
Ataukah kebahagiaanmu?
Ah, tentu saja kebahagiaanmu, bukan?
Maafkan aku meragukannya.
Seharusnya kusadari sedari awal.
Kebahagiaan orang lain lebih penting.
"Ketulusan tidak akan membiarkan keegoisan bertindak."
Semoga kau baik-baik saja di sana :)

Salam maafku,
Rembulan..


Kamis, 15 Agustus 2013

#2nd Note

KEBAHAGIAANMU

Untukmu di penghujung malam..
Tahukah kau, apa rintangan terberatku dalam menyukaimu?
Tidak, bukan karena kau menyukainya.
Tapi lebih karena aku menyukaimu, kau menyukainya, tapi ia menyakitimu..
Kusadari, rasa ini cukup dalam, bukan untuk menjadikanmu milikku.
Tidak.
Aku sudah berusaha ikhlas akan hal itu.
Namun, bolehkah aku aku mengatakan bahwa aku cukup egois untuk ingin melihatmu bahagia?
Tatkala ia menghujamkan pisau kepadamu, bagaimana bisa kutersenyum?
Kau sedang tersakiti, dan aku jauh lebih sakit di dalam..
Aku berharap kamu baik-baik saja di sana, di hatimu.
Entah seberapa dalam perasaanku terhadapmu saat ini.
Yang perlu kau tahu adalah;
Kebahagiaanmu, kebahagiaanku juga.
Kesedihanmu, kesedihanku juga.
Apabila aku tak dapat menjadi orang yang namanya terukir di hatimu, biarlah aku menjadi saksi kehidupanmu.
Apabila aku tak dapat menjadi orang yang kau perbincangkan, biarlah aku menjadi pendengar baik ucapanmu.
Perisai..?
Lakukan yang terbaik untukmu.
Karena yang terbaik, pastilah yang paling membahagiakan.
Aku sadar kau tidak akan khawatir terhadapku.
Tapi jika itu terjadi, ketahuilah;
As long as you happy, it's okay if I'm hurt..
Toh, kau tidak pernah benar-benar berniat untuk menyakitiku.
Terima kasih untuk semuanya :)
Ketika kutanyakan apa yang terjadi dan kau menjawabnya, itu karena aku tidak mau buta oleh khayalan semu, benar?
Bukan salahmu.
Sama sekali bukan.
Tapi seberapa perih luka ini, aku tak berniat untuk berpaling.
Tidak seperti orang yang tersakiti pada umumnya, aku tak menyesal menyukaimu.
Goresan-goresan menyayat, aku belajar dari semua itu.
Kau mengajariku banyak.
Untuk kebisuanku dalam menyatakannya, aku bangga menyukaimu :)

Gnight, Perisai :) Sleep well~

Salam tulusku,
Rembulan..

Kamis, 08 Agustus 2013

#1st Note.

BROKEN HOME  HOUSE.

Hari ini, Hari Raya Idulfitri.
Mungkin, emang nggak ada hubungannya sama Broken Home  House.
Tapi entah kenapa, tadi aku tiba tiba inget waktu aku masih kecil.
Rasanya pengen nangis.
I've a house, but not a home.
Everything has changed.
Aku kangen masa masa waktu aku masih balita.
Masa masa yang membahagiakan.
Masa masa di mana orang tuaku masih meluangkan waktu untukku.
Masa masa di mana aku masih merasakan bagaimana hangatnya kasih sayang.
Masa masa di mana aku bisa tersernyum, tertawa dengan begitu bebasnya.
Di mana semua itu sekarang?
Kemana perginya?
Umi-Abi pernah bilang kalau mereka sayang sama aku.
Tapi..
Everyone can say "I love you", but not everyone really means it.
So believe it when you feel it, not when you hear it.
Dan terlambat.
Aku nggak bisa percaya.
Karena kalau emang gitu adanya, show me!
Act speak louder than words, right?
I can't feel your love!
Umi-Abi kenapa nggak kenal anaknya sendiri?
Umi-Abi kenapa belum bisa mahamin aku?
Umi-Abi kenapa nggak peka?
Kita hidup di atap yang sama selama 13 tahun lamanya.
Tapi kapan kita bisa bersatu membagi rasa seperti yang dilakukan keluarga lainnya? *nangis*
Di rumah, aku jarang ketawa tulus.
Mungkin sebatas senyum.
Aku yang di rumah, bukan aku yang di sekolah.
Di rumah, aku dingin, sering masang poker face.
Kenapa?
Karena aku nggak kuat nyimpen semua luka sendirian!
Memalsukan diri itu bidangku.
Mengatur ekspresi, nada suara, gerak badan, bahasa tubuh, main kata, aku bisa.
Tapi bayangkan.
Ini semua terlalu nyakitin, sampai aku nggak kuat buat memalsukan diri untuk bener bener ceria.
Poker face aja kadang bahkan terlalu berat buatku di rumah.
Sampai kapan penderitaan ini kupikul sendiri?
Udah 8 tahun lamanya aku telan semuanya bulat-bulat.
Aku butuh orang yang bisa nguatin aku..
Perisai, kamu di mana..?
Aku butuh kamu..
Aku sakit di sini....



Salam senduku,
Rembulan..