Kamis, 08 Agustus 2013

#1st Note.

BROKEN HOME  HOUSE.

Hari ini, Hari Raya Idulfitri.
Mungkin, emang nggak ada hubungannya sama Broken Home  House.
Tapi entah kenapa, tadi aku tiba tiba inget waktu aku masih kecil.
Rasanya pengen nangis.
I've a house, but not a home.
Everything has changed.
Aku kangen masa masa waktu aku masih balita.
Masa masa yang membahagiakan.
Masa masa di mana orang tuaku masih meluangkan waktu untukku.
Masa masa di mana aku masih merasakan bagaimana hangatnya kasih sayang.
Masa masa di mana aku bisa tersernyum, tertawa dengan begitu bebasnya.
Di mana semua itu sekarang?
Kemana perginya?
Umi-Abi pernah bilang kalau mereka sayang sama aku.
Tapi..
Everyone can say "I love you", but not everyone really means it.
So believe it when you feel it, not when you hear it.
Dan terlambat.
Aku nggak bisa percaya.
Karena kalau emang gitu adanya, show me!
Act speak louder than words, right?
I can't feel your love!
Umi-Abi kenapa nggak kenal anaknya sendiri?
Umi-Abi kenapa belum bisa mahamin aku?
Umi-Abi kenapa nggak peka?
Kita hidup di atap yang sama selama 13 tahun lamanya.
Tapi kapan kita bisa bersatu membagi rasa seperti yang dilakukan keluarga lainnya? *nangis*
Di rumah, aku jarang ketawa tulus.
Mungkin sebatas senyum.
Aku yang di rumah, bukan aku yang di sekolah.
Di rumah, aku dingin, sering masang poker face.
Kenapa?
Karena aku nggak kuat nyimpen semua luka sendirian!
Memalsukan diri itu bidangku.
Mengatur ekspresi, nada suara, gerak badan, bahasa tubuh, main kata, aku bisa.
Tapi bayangkan.
Ini semua terlalu nyakitin, sampai aku nggak kuat buat memalsukan diri untuk bener bener ceria.
Poker face aja kadang bahkan terlalu berat buatku di rumah.
Sampai kapan penderitaan ini kupikul sendiri?
Udah 8 tahun lamanya aku telan semuanya bulat-bulat.
Aku butuh orang yang bisa nguatin aku..
Perisai, kamu di mana..?
Aku butuh kamu..
Aku sakit di sini....



Salam senduku,
Rembulan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar